Siapa sih yang tidak ingin memiliki rumah saat ini? Apalagi ketika sepasang muda mudi telah menikah, memiliki rumah merupakan impian berdua. Bahkan, suami dan istri juga sama-sama bekerja untuk mewujudkan rumah yang dinanti. Termasuk terdapat beberapa orang yang ingin mendapatkan wujud rumah, bahkan bentuknya juga cukup spesifik ketika melakukan pencarian. Pada ulasan kali ini, mengenai denah rumah 2 lantai lengkap dengan tampak coba saya bagikan. Agar detail yang anda inginkan bisa terpenuhi.
SADURENGAS BLOG
Kumpulan artikel mengenai berbagai hal - hal yang bermanfaat di sekitar kita.
Ini Nih Bentuk Denah Rumah 2 Lantai Lengkap Dengan Tampak Yang Populer
Diposting oleh
Agung Prasetiyo
Tips CERDAS Berinvestasi Emas Untuk Pendidikan Anak
Pendidikan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian para pasangan muda. Walaupun saat ini belum memiliki momongan, menabung untuk tujuan pendidikan harus ada sejak dini.
Begitu pula untuk para orang tua yang telah memiliki buah hati, sebaiknya segera menyisihkan gaji / penghasilan untuk di tabung atau di investasikan untuk biaya sekolah putra putri nantinya.
Sebagian pasangan di Indonesia sebenarnya telah paham mengenai cara mengatur keuangan untuk masa depan. Ada yang mulai menabung di bank dengan produk khusus tabungan pendidikan dan ada yang memilih emas sebagai solusi investasi pendidikan bagi anak. Karena emas merupakan tabungan yang sanggup menahan laju inflasi.
Nah, kali ini saya akan berbagi informasi terkait bagaimana cara yang cerdas dalam berinvestasi emas untuk pendidikan anak. Pengalaman ini dibagikan oleh rekan saya, Pak Rully Kustandar di halaman Facebook beliau.
Yuk, mari kita simak pengalaman beliau menabung emas.
Apakah anda sudah siap menabung emas untuk pendidikan anak? Yuk, mari kita sama - sama ikuti saran Pak Rully Kustandar agar ketika si kecil sudah mulai sekolah, kita tidak lagi kebingungan untuk mencari biaya masuknya.
Bantu saya juga untuk bagikan postingan ini jika bermanfaat bagi anda. Karena, keluarga dan sahabat anda pasti senang mendapatkan pengetahuan ini mengenai investasi emas untuk pendidikan buah hati.
Jika anda masih terkendala dengan hutang dan belum bisa menabung, ikut tips cara melunasi hutang berikut ini.
Semoga selalu terinspirasi.
Begitu pula untuk para orang tua yang telah memiliki buah hati, sebaiknya segera menyisihkan gaji / penghasilan untuk di tabung atau di investasikan untuk biaya sekolah putra putri nantinya.
Sebagian pasangan di Indonesia sebenarnya telah paham mengenai cara mengatur keuangan untuk masa depan. Ada yang mulai menabung di bank dengan produk khusus tabungan pendidikan dan ada yang memilih emas sebagai solusi investasi pendidikan bagi anak. Karena emas merupakan tabungan yang sanggup menahan laju inflasi.
Nah, kali ini saya akan berbagi informasi terkait bagaimana cara yang cerdas dalam berinvestasi emas untuk pendidikan anak. Pengalaman ini dibagikan oleh rekan saya, Pak Rully Kustandar di halaman Facebook beliau.
Yuk, mari kita simak pengalaman beliau menabung emas.
Gold Morning....Saya orangnya nggak mau ribet, termasuk urusan sekolah anak. Ujian SD blom mulai anak saya sudah daftar dan test SMP, bahkan sudah keterima. Swasta memang, dan cari swasta yg netral, artinya bermacam-macam suku bangsa, ras, agama, tingkat ekonomi ada di sana, biar dari kecil sudah tahu kalau dunia itu tidak seragam seperti seragam sekolahnya. Jadi dah clear urusan masukin anak sekolah, tinggal nanti abis ujian nentuin mau liburan kemana....
Bagaimana?Tapi poin nya bukan itu, hari ini saya diminta untuk melakukan pembayaran uang masuk sekolah, besarnya 20jt. Sejak tahun 2007 ketika saya mulai mendapatkan pemahaman tentang EMAS, setiap punya uang saya rajin menabung dalam bentuk EMAS, terutama untuk sekolah anak2 saya. Target saya setiap anak punya 50 gram emas untuk biaya masuk sekolahnya s/d SMA, perguruan tinggi beda lagi. Karena anak saya tiga, tiap punya uang musti beli emas batangan minimal 3 batang dan masing-masing di kasih nama. Ya tentunya sesuai kemampuan, kadang masing2 1gram, kadang 5 gram dsb. Dan tahun 2010 itu tiap anak minimal dah punya 50gram. Ternyata 50gram ini selalu cukup untuk biaya masuk sekolah anak ke sekolah swasta yang kualitasnya cukup baik.Tahun 2009, ketika anak sulung saya masuk SMA, itu butuh biaya sekitar Rp 15jt, saat itu harga emas 400rb/gram, jadi yang 50 gram itu nilainya sekitar 20jt saya gadai dapat sekitar 16jt an. Uang hasil gadai itu saya pakai bayar sekolah, lalu saya cicil lagi sampai lunas, dan emas itu balik lagi ketangan 1 tahun kemudian.Sama dengan kasus ini, sekarang 50 gram itu sekitar 25jt, kalau saya gadai dapet sekitar Rp 22jt, bayar sekolah 20jt. Nanti hutang gadainya kita cicil, tiap punya uang kurangi pokok hutang nya, pengalaman sih 1-2 tahun lunas, emas nya balik lagi ke tangan. Dan bisa dipakai saat nanti anak tersebut masuk SMA. FYI, Emas ini pernah di gadai 6 tahun yang lalu saat dia masuk SD, jadi yg dipakai untuk biayain dia masuk SMP sekarang adalah Emas yang sama saat dia masuk SD dulu...Jadi buat saya 50 gram, cukup buat biaya masuk SD, SMP, SMA di sekolah swasta yang sesuai dengan kemampuan saya.Ngukurnya gampang kalau Emas, kasus ini bisa di jadikan contoh, saat ini biaya masuk SMP Swasta di Bandung sekitar 20jt, kalau di konversi ke EMAS itu sekitar 40 gram. Jadi kalau Anda masih punya anak kecil, mau tahu berapa biaya masuk SMP Swasta di Bandung nanti, sekian tahun ke depan, jawabannya gampang, 40 gram EMAS!! Jadi mulai sekarang rajin lah nabung Emas sampai 40-50 gram, pasti cukup....
Apakah anda sudah siap menabung emas untuk pendidikan anak? Yuk, mari kita sama - sama ikuti saran Pak Rully Kustandar agar ketika si kecil sudah mulai sekolah, kita tidak lagi kebingungan untuk mencari biaya masuknya.
Bantu saya juga untuk bagikan postingan ini jika bermanfaat bagi anda. Karena, keluarga dan sahabat anda pasti senang mendapatkan pengetahuan ini mengenai investasi emas untuk pendidikan buah hati.
Jika anda masih terkendala dengan hutang dan belum bisa menabung, ikut tips cara melunasi hutang berikut ini.
Semoga selalu terinspirasi.
Diposting oleh
Anonymous
Tips Mengatur Keuangan Keluarga Ala Sahabat Rasulullah Salman Al Farisi
Beberapa orang mungkin telah mengenal seorang sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi. Terdapat pelajaran penting dari beliau mengenai bagaimana mengatur keuangan keluarga.
Salman Al Farisi memiliki rumus untuk mengatur keuangan yaitu, 1-1-1. Yang maksudnya adalah bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan menjualnya dengan harga 3 dirham.
Pembagiannya adalah 1 dirham ia gunakan untuk keperluan konsumtif keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan sebagai modal usaha.
Hal sederhana yang bisa kita contoh, bahkan Salman Al Farisi dapat bersedekah setiap hari dengan cara tersebut.
Yuk kita telaah lebih detail konsep pengaturan keuangan dari Salman Al Farisi.
Keperluan Konsumtif Keluarga
Hal tersebut tidak perlu banyak di jelaskan, keperluan konsumtif keluarga sangat penting. Namun kebanyakkan orang bablas dengan menghabiskan hampir seluruh penghasilannya untuk keperluan konsumtif saja. Tidak sedikit keluarga baru yang malah terjebak pada masalah keuangan karena terlalu menuruti keinginan konsumtif.
Yang lebih extreme adalah terjebak karena keperluan konsumtif menggunakan kartu kredit atau pinjaman.
Ada catatan penting khususnya bagi seorang suami, membelanjakan penghasilan atau gaji untuk keperluan konsumtif artinya adalah memberikan nafkah kepada keluarganya bukan untuk keperluan pribadi semata.
Jangan sampai seperti sebagian laki - laki yang menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli rokok, sementara makanan untuk anak dan istri tidak dihiraukan.
Modal
Baiknya sisihkan penghasilan atau uang Anda untuk modal atau investasi. Bahkan, kalaupun Anda seorang karyawan atau pegawai. Jika kita pernah mendengar saran dari Robert T. Kyosaki, inilah yang membedakan orang - orang kaya dengan orang - orang kelas menengah dan miskin.
Orang kaya orientasinya membeli aset, orang kelas menengah dan miskin menghabiskan uangnya untuk hal - hal konsumtif. Dan fatalnya orang kelas menengah berpikir telah membeli aset, padahal mereka membeli barang konsumtif; yaitu liabilitas yang malah mengeruk uang Anda.
Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan / penghasilan, sedangkan liabilitas adalah barang yang justru membuat pengeluaran.
Mungkin barangnya bisa jadi sama. Misalnya orang yang membeli mobil kemudian direntalkan dan ternyata hasil rental lebih besar dari cicilan. Ini aset.
Tetapi kalau membeli mobil untuk gengsi doank, lalu ia terbebani dengan cicilan, perawatan dan lain-lain, ini yang dimaksud liabilitas.
Robert T Kiyosaki menemukan, mengapa orang - orang kelas menengah sulit menjadi orang kaya ? Karena mereka kehabisan uang untuk cicilan dan konsumtif lainnya. Jika ingin kaya sebagai karyawan, maka Anda harus membeli aset yang membuat uang anda semakin lama semakin banyak atau tumbuh.
Aset bukan hanya berbentuk barang, jika anda seorang profesional di bidang tertentu, skill dan ilmu juga merupakan aset. Hal tersebut membuat kompetensi Anda meningkat dan membuat Anda semakin handal. Tentu akhirnya penghasilan akan juga semakin meningkat.
Sedekah
Menyisihkan penghasilan untuk sedekah adalah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat kelak. Baik sedekah wajib berupa zakat maupun sedekah sunnah.
Apa yang dilakukan oleh Salman Al Farisi adalah amal yang luar biasa. Ia bersedekah senilai apa yang menjadi keperluan konsumtif keluarganya.
Misalnya penghasilan kita sebesar Rp 3.000.000, lalu kebutuhan konsumtif keluarga kita Rp 1.000.000, kita baru akan bisa menandingi Salman Al Farisi jika bersedekah Rp 1.000.000 pula.
Namun karena terdapat hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa sedekah satu bukit pun tidak dapat menyamai sedekah satu mud para sahabat. Artinya kita tak pernah mampu menandingi sedekah Salman Al Farisi tapi kita telah mendapat pelajaran berharga dari beliau.
Mengapa kita membagi penghasilan kita menjadi tiga bagian; konsumsi, modal dan sedekah?
Mengapa tidak semuanya disedekahkan?
Konsumsi dan modal merupakan pendukung usaha kita bersedekah. Jika keperluan konsumsi kita dan keluarga terpenuhi, maka fisik kita bisa relatif lebih sehat. Sehingga kita bisa beribadah dan bekerja yang sebagian hasilnya untuk bersedekah.
Mengapa juga perlu mengalokasikan untuk modal/aset? Karena modal akan semakin memperbesar pemasukan kita atau mendapatkan penghasilan, maka dengannya kita menjadi lebih mudah untuk bersedekah dalam jumlah lebih besar juga.
Semoga menjadi inspirasi anda dan tingkatkan juga personamu di https://duniapersona.blogspot.com/
Salman Al Farisi memiliki rumus untuk mengatur keuangan yaitu, 1-1-1. Yang maksudnya adalah bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan menjualnya dengan harga 3 dirham.
Pembagiannya adalah 1 dirham ia gunakan untuk keperluan konsumtif keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan sebagai modal usaha.
Hal sederhana yang bisa kita contoh, bahkan Salman Al Farisi dapat bersedekah setiap hari dengan cara tersebut.
Yuk kita telaah lebih detail konsep pengaturan keuangan dari Salman Al Farisi.
Keperluan Konsumtif Keluarga
Hal tersebut tidak perlu banyak di jelaskan, keperluan konsumtif keluarga sangat penting. Namun kebanyakkan orang bablas dengan menghabiskan hampir seluruh penghasilannya untuk keperluan konsumtif saja. Tidak sedikit keluarga baru yang malah terjebak pada masalah keuangan karena terlalu menuruti keinginan konsumtif.
Yang lebih extreme adalah terjebak karena keperluan konsumtif menggunakan kartu kredit atau pinjaman.
Ada catatan penting khususnya bagi seorang suami, membelanjakan penghasilan atau gaji untuk keperluan konsumtif artinya adalah memberikan nafkah kepada keluarganya bukan untuk keperluan pribadi semata.
Jangan sampai seperti sebagian laki - laki yang menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli rokok, sementara makanan untuk anak dan istri tidak dihiraukan.
Modal
Baiknya sisihkan penghasilan atau uang Anda untuk modal atau investasi. Bahkan, kalaupun Anda seorang karyawan atau pegawai. Jika kita pernah mendengar saran dari Robert T. Kyosaki, inilah yang membedakan orang - orang kaya dengan orang - orang kelas menengah dan miskin.
Orang kaya orientasinya membeli aset, orang kelas menengah dan miskin menghabiskan uangnya untuk hal - hal konsumtif. Dan fatalnya orang kelas menengah berpikir telah membeli aset, padahal mereka membeli barang konsumtif; yaitu liabilitas yang malah mengeruk uang Anda.
Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan / penghasilan, sedangkan liabilitas adalah barang yang justru membuat pengeluaran.
Mungkin barangnya bisa jadi sama. Misalnya orang yang membeli mobil kemudian direntalkan dan ternyata hasil rental lebih besar dari cicilan. Ini aset.
Tetapi kalau membeli mobil untuk gengsi doank, lalu ia terbebani dengan cicilan, perawatan dan lain-lain, ini yang dimaksud liabilitas.
Robert T Kiyosaki menemukan, mengapa orang - orang kelas menengah sulit menjadi orang kaya ? Karena mereka kehabisan uang untuk cicilan dan konsumtif lainnya. Jika ingin kaya sebagai karyawan, maka Anda harus membeli aset yang membuat uang anda semakin lama semakin banyak atau tumbuh.
Aset bukan hanya berbentuk barang, jika anda seorang profesional di bidang tertentu, skill dan ilmu juga merupakan aset. Hal tersebut membuat kompetensi Anda meningkat dan membuat Anda semakin handal. Tentu akhirnya penghasilan akan juga semakin meningkat.
Sedekah
Menyisihkan penghasilan untuk sedekah adalah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat kelak. Baik sedekah wajib berupa zakat maupun sedekah sunnah.
Apa yang dilakukan oleh Salman Al Farisi adalah amal yang luar biasa. Ia bersedekah senilai apa yang menjadi keperluan konsumtif keluarganya.
Misalnya penghasilan kita sebesar Rp 3.000.000, lalu kebutuhan konsumtif keluarga kita Rp 1.000.000, kita baru akan bisa menandingi Salman Al Farisi jika bersedekah Rp 1.000.000 pula.
Namun karena terdapat hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa sedekah satu bukit pun tidak dapat menyamai sedekah satu mud para sahabat. Artinya kita tak pernah mampu menandingi sedekah Salman Al Farisi tapi kita telah mendapat pelajaran berharga dari beliau.
Mengapa kita membagi penghasilan kita menjadi tiga bagian; konsumsi, modal dan sedekah?
Mengapa tidak semuanya disedekahkan?
Konsumsi dan modal merupakan pendukung usaha kita bersedekah. Jika keperluan konsumsi kita dan keluarga terpenuhi, maka fisik kita bisa relatif lebih sehat. Sehingga kita bisa beribadah dan bekerja yang sebagian hasilnya untuk bersedekah.
Mengapa juga perlu mengalokasikan untuk modal/aset? Karena modal akan semakin memperbesar pemasukan kita atau mendapatkan penghasilan, maka dengannya kita menjadi lebih mudah untuk bersedekah dalam jumlah lebih besar juga.
Semoga menjadi inspirasi anda dan tingkatkan juga personamu di https://duniapersona.blogspot.com/
Diposting oleh
Anonymous
Subscribe to:
Posts (Atom)