Tips Mengatur Keuangan Keluarga Ala Sahabat Rasulullah Salman Al Farisi

Beberapa orang mungkin telah mengenal seorang sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi. Terdapat pelajaran penting dari beliau mengenai bagaimana mengatur keuangan keluarga.

Salman Al Farisi memiliki rumus untuk mengatur keuangan yaitu, 1-1-1. Yang maksudnya adalah bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan menjualnya dengan harga 3 dirham.

Pembagiannya adalah 1 dirham ia gunakan untuk keperluan konsumtif keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan sebagai modal usaha.

Hal sederhana yang bisa kita contoh, bahkan Salman Al Farisi dapat bersedekah setiap hari dengan cara tersebut.

Yuk kita telaah lebih detail konsep pengaturan keuangan dari Salman Al Farisi.

Keperluan Konsumtif Keluarga

Hal tersebut tidak perlu banyak di jelaskan, keperluan konsumtif keluarga sangat penting. Namun kebanyakkan orang bablas dengan menghabiskan hampir seluruh penghasilannya untuk keperluan konsumtif saja. Tidak sedikit keluarga baru yang malah terjebak pada masalah keuangan karena terlalu menuruti keinginan konsumtif.

Yang lebih extreme adalah terjebak karena keperluan konsumtif menggunakan kartu kredit atau pinjaman.

Ada catatan penting khususnya bagi seorang suami, membelanjakan penghasilan atau gaji untuk keperluan konsumtif artinya adalah memberikan nafkah kepada keluarganya bukan untuk keperluan pribadi semata.

Jangan sampai seperti sebagian laki - laki yang menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli rokok, sementara makanan untuk anak dan istri tidak dihiraukan.

Modal

Baiknya sisihkan penghasilan atau uang Anda untuk modal atau investasi. Bahkan, kalaupun Anda seorang karyawan atau pegawai. Jika kita pernah mendengar saran dari Robert T. Kyosaki, inilah yang membedakan orang - orang kaya dengan orang - orang kelas menengah dan miskin.

Orang kaya orientasinya membeli aset, orang kelas menengah dan miskin menghabiskan uangnya untuk hal - hal konsumtif. Dan fatalnya orang kelas menengah berpikir telah membeli aset, padahal mereka membeli barang konsumtif; yaitu liabilitas yang malah mengeruk uang Anda.

Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan / penghasilan, sedangkan liabilitas adalah barang yang justru membuat pengeluaran.

Mungkin barangnya bisa jadi sama. Misalnya orang yang membeli mobil kemudian direntalkan dan ternyata hasil rental lebih besar dari cicilan. Ini aset.

Tetapi kalau membeli mobil untuk gengsi doank, lalu ia terbebani dengan cicilan, perawatan dan lain-lain, ini yang dimaksud liabilitas.

Robert T Kiyosaki menemukan, mengapa orang - orang kelas menengah sulit menjadi orang kaya ? Karena mereka kehabisan uang untuk cicilan dan konsumtif lainnya. Jika ingin kaya sebagai karyawan, maka Anda harus membeli aset yang membuat uang anda semakin lama semakin banyak atau tumbuh.

Aset bukan hanya berbentuk barang, jika anda seorang profesional di bidang tertentu, skill dan ilmu juga merupakan aset. Hal tersebut membuat kompetensi Anda meningkat dan membuat Anda semakin handal. Tentu akhirnya penghasilan akan juga semakin meningkat.

Sedekah

Menyisihkan penghasilan untuk sedekah adalah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat kelak. Baik sedekah wajib berupa zakat maupun sedekah sunnah.

Apa yang dilakukan oleh Salman Al Farisi adalah amal yang luar biasa. Ia bersedekah senilai apa yang menjadi keperluan konsumtif keluarganya.

Misalnya penghasilan kita sebesar Rp 3.000.000, lalu kebutuhan konsumtif keluarga kita Rp 1.000.000, kita baru akan bisa menandingi Salman Al Farisi jika bersedekah Rp 1.000.000 pula.

Namun karena terdapat hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa sedekah satu bukit pun tidak dapat menyamai sedekah satu mud para sahabat. Artinya kita tak pernah mampu menandingi sedekah Salman Al Farisi tapi kita telah mendapat pelajaran berharga dari beliau.

Mengapa kita membagi penghasilan kita menjadi tiga bagian; konsumsi, modal dan sedekah?

Mengapa tidak semuanya disedekahkan?

Konsumsi dan modal merupakan pendukung usaha kita bersedekah. Jika keperluan konsumsi kita dan keluarga terpenuhi, maka fisik kita bisa relatif lebih sehat. Sehingga kita bisa beribadah dan bekerja yang sebagian hasilnya untuk bersedekah.

Mengapa juga perlu mengalokasikan untuk modal/aset? Karena modal akan semakin memperbesar pemasukan kita atau mendapatkan penghasilan, maka dengannya kita menjadi lebih mudah untuk bersedekah dalam jumlah lebih besar juga.

Semoga menjadi inspirasi anda dan tingkatkan juga personamu di https://duniapersona.blogspot.com/